Selasa, 03 April 2012

Inspirasi Mimpi untuk Indonesia

Aku bermimpi,
Tidak lagi kulihat anak-anak kecil itu berpeluh keringat, menabrak asap kendaraan, dan berbasah air hujan untuk merelakan masa kecilnya hilang ditelan ganasnya kehidupan. Tak kulihat lagi mereka di jalanan dengan menengadahkan tangan, meminta sekedar recehan dari kantung tuan dan nyonya yang melintas. Sekarang kulihat mereka tertawa riang bermain di taman bersama teman seumurannya. Sesekali mendekat orangtuanya yang duduk tak jauh dari ayunan yang ia naiki. Sungguh, pemandangan yang menyejukkan.
Aku bermimpi,
Mereka, para suporter klub sepakbola saling merangkulkan tangan setelah usai pertandingan. Meski salah satu diantara jagoan mereka dikalahkan yang lainnya. Tapi semuanya gembira. Tak ada baku hantam, lempar batu, caci maki yang mericuhkan suasana pertandingan.  Semuanya gembira, meski tersisa kekecawaan di antara mereka. dan aku ingin sekali bermimpi, Tim Nasional Indonesia menjuarai satu kejuaraan, dalam level apapun. Satu saja… Itu akan membuat kita semua bangga dantersenyum seolah mendapat obat yang sangat mujarab atas penantian yang begitu lama.
Aku bermimpi,
Tak kudengar lagi pekikan klakson mobil di belakangku ketika aku melintasi jalanan jakarta. Pekikan yang menyiratkan ketidaksabaran karena tersulut emosi akibat terjebak dalam kemacetan. Aku melihat jalanan Jakarta begitu teratur. Tak ada  lagi kulihat sepeda motor melintasi trotoar yang seharusnya menjadi hak para pejalan kaki. Semuanya tertib mematuhi rambu aturan lalu lintas. Tak perlu lagi rekan-rekan kerjaku yang tinggal di luar Jakarta harus berangkat di subuh hari agar tak terlambat sampai kantor.
Aku bermimpi,
Sungai-sungai yang melintas tak lagi penuh dengan berbagai jenis sampah. Aisrnya terlihat bening dan bersih. Tak tercium lagi bau apak menyengat hasil peruraian biota air limbah. Hingga saatnya musim penghujan, tak lagi kutemui berita-berita di layar televisi yang mengabarkan tentang musim banjir. Tidak ada lagi musim itu. Air hujan hanya lalu. Jakarta tidak lagi mendapat kiriman dari Bogor. Yang ada hanya lalu. Air mengalir lewat sungai hanya berlalu. Air sungai tak lagi terhalang sampah. Jakarta bebas banjir. Semua karena kesadaran warga untuk mengumpulkan sampah dan tidak membuangnya ke dalam sungai.
Aku bermimpi,
Sahabat-sahabatku menghargai hak orang lain yang ingin menghirup udara segar bebas asap rokok. Mereka tidak lagi sembarang merokok. Patuh merokok di tempat yang telah disediakan. Saling menghargai hak masing-masing. Petugas bertindak tegas ketika melihat seseorang merokok di tempat-tempat umum.
Aku bermimpi,
Dan inilah mimpi yang sangat aku harapkan menjadi kenyataan untuk Indonesiaku. Tak ada lagi koruptor berkeliaran! Polisi lalu lintas menilang sesuai dengan aturan, tidak ada lagi kata ‘damai’. Para pegawai menggunakan waktu kerjanya sebaik-baiknya, bukan untuk ber-facebook ria, nge-rumpi, atau malah berkeliaran di mall. Para pemimpin pun memangku jabatannya dengan penuh rasa tanggungjawab, terhadap negara dan agamanya. Semua dijalankan atas dasar keikhlasan menerima kepercayaan menjalankan tugas di bidangnya masing-masing.
Aku bermimpi untukmu, Indonesiaku. Mimpi-mimpi ini selalu hadir hingga titik terang itu kita capai. Akankah mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan? Ini bukan tugas satu-dua orang saja untuk mewujudkannya. Ini menjadi kewajiban kita semua sebagai insan bangsa. Ini menjadi tantangan kita semua. Indonesia pasti BISA!
* Tulisan ini terinspirasi oleh ajakan untuk menuliskan harapan kita untuk kemajuan Indonesia dengan tema”Mimpiku Untukmu Indonesiaku” yang digagas oleh salah satu sahabat. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Kita boleh saja bermimpi, tapi pada akhirnya kita jualah yang wajib mewujudkan mimpi-mimpi itu. Domain gratis dari Biangweb menunggu saya jika tulisan ini dinilai terbaik :) . Tapi tak perlulah saya mengharap setinggi itu. Curahan pemikiran saya sudah tertuang dalam tulisan ini saja ,saya sudah merasa cukup senang.

Inspirasi Mimpi untuk Indonesia

Aku bermimpi,
Tidak lagi kulihat anak-anak kecil itu berpeluh keringat, menabrak asap kendaraan, dan berbasah air hujan untuk merelakan masa kecilnya hilang ditelan ganasnya kehidupan. Tak kulihat lagi mereka di jalanan dengan menengadahkan tangan, meminta sekedar recehan dari kantung tuan dan nyonya yang melintas. Sekarang kulihat mereka tertawa riang bermain di taman bersama teman seumurannya. Sesekali mendekat orangtuanya yang duduk tak jauh dari ayunan yang ia naiki. Sungguh, pemandangan yang menyejukkan.
Aku bermimpi,
Mereka, para suporter klub sepakbola saling merangkulkan tangan setelah usai pertandingan. Meski salah satu diantara jagoan mereka dikalahkan yang lainnya. Tapi semuanya gembira. Tak ada baku hantam, lempar batu, caci maki yang mericuhkan suasana pertandingan.  Semuanya gembira, meski tersisa kekecawaan di antara mereka. dan aku ingin sekali bermimpi, Tim Nasional Indonesia menjuarai satu kejuaraan, dalam level apapun. Satu saja… Itu akan membuat kita semua bangga dantersenyum seolah mendapat obat yang sangat mujarab atas penantian yang begitu lama.
Aku bermimpi,
Tak kudengar lagi pekikan klakson mobil di belakangku ketika aku melintasi jalanan jakarta. Pekikan yang menyiratkan ketidaksabaran karena tersulut emosi akibat terjebak dalam kemacetan. Aku melihat jalanan Jakarta begitu teratur. Tak ada  lagi kulihat sepeda motor melintasi trotoar yang seharusnya menjadi hak para pejalan kaki. Semuanya tertib mematuhi rambu aturan lalu lintas. Tak perlu lagi rekan-rekan kerjaku yang tinggal di luar Jakarta harus berangkat di subuh hari agar tak terlambat sampai kantor.
Aku bermimpi,
Sungai-sungai yang melintas tak lagi penuh dengan berbagai jenis sampah. Aisrnya terlihat bening dan bersih. Tak tercium lagi bau apak menyengat hasil peruraian biota air limbah. Hingga saatnya musim penghujan, tak lagi kutemui berita-berita di layar televisi yang mengabarkan tentang musim banjir. Tidak ada lagi musim itu. Air hujan hanya lalu. Jakarta tidak lagi mendapat kiriman dari Bogor. Yang ada hanya lalu. Air mengalir lewat sungai hanya berlalu. Air sungai tak lagi terhalang sampah. Jakarta bebas banjir. Semua karena kesadaran warga untuk mengumpulkan sampah dan tidak membuangnya ke dalam sungai.
Aku bermimpi,
Sahabat-sahabatku menghargai hak orang lain yang ingin menghirup udara segar bebas asap rokok. Mereka tidak lagi sembarang merokok. Patuh merokok di tempat yang telah disediakan. Saling menghargai hak masing-masing. Petugas bertindak tegas ketika melihat seseorang merokok di tempat-tempat umum.
Aku bermimpi,
Dan inilah mimpi yang sangat aku harapkan menjadi kenyataan untuk Indonesiaku. Tak ada lagi koruptor berkeliaran! Polisi lalu lintas menilang sesuai dengan aturan, tidak ada lagi kata ‘damai’. Para pegawai menggunakan waktu kerjanya sebaik-baiknya, bukan untuk ber-facebook ria, nge-rumpi, atau malah berkeliaran di mall. Para pemimpin pun memangku jabatannya dengan penuh rasa tanggungjawab, terhadap negara dan agamanya. Semua dijalankan atas dasar keikhlasan menerima kepercayaan menjalankan tugas di bidangnya masing-masing.
Aku bermimpi untukmu, Indonesiaku. Mimpi-mimpi ini selalu hadir hingga titik terang itu kita capai. Akankah mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan? Ini bukan tugas satu-dua orang saja untuk mewujudkannya. Ini menjadi kewajiban kita semua sebagai insan bangsa. Ini menjadi tantangan kita semua. Indonesia pasti BISA!
* Tulisan ini terinspirasi oleh ajakan untuk menuliskan harapan kita untuk kemajuan Indonesia dengan tema”Mimpiku Untukmu Indonesiaku” yang digagas oleh salah satu sahabat. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Kita boleh saja bermimpi, tapi pada akhirnya kita jualah yang wajib mewujudkan mimpi-mimpi itu. Domain gratis dari Biangweb menunggu saya jika tulisan ini dinilai terbaik :) . Tapi tak perlulah saya mengharap setinggi itu. Curahan pemikiran saya sudah tertuang dalam tulisan ini saja ,saya sudah merasa cukup senang.

Selasa, 20 Maret 2012

tokoh wayang gatot kaca


Gatotkaca (bahasa Sanskerta: घटोत्कच; Ghattotkacha) adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang dikenal sebagai putra Bimasenaatau Wrekodara dari keluarga Pandawa. Ibunya yang bernama Hidimbi (Harimbi) berasal dari bangsa rakshasa, sehingga ia pun dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra ia banyak menewaskan sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna.
Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa ia dikenal dengan ejaan Gatutkaca(bahasa Jawa: Gathutkaca). Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi".
Gatotkaca sebagai tokoh wayang kulit Jawa





Etimologi
Menurut versi Mahabharata, Gatotkaca adalah putra Bimasena dari keluaga Pandawa yang lahir dari seorang rakshasa perempuan bernama Hidimbi. Hidimbi sendiri merupakan raksasi penguasa sebuah hutan bersama kakaknya yang bernama Hidimba.
Dalam pewayangan Jawa, ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa.
Dalam bahasa Sanskerta, nama Ghatotkacha secara harfiah bermakna "memiliki kepala seperti kendi". Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu gha(tt)amyang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkacha yang berarti "kepala". Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya konon mirip dengan buli-buli atau kendi.
[sunting]Kelahiran
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun. Arjuna (adik Bimasena) pergi bertapa untuk mendapatkan petunjukdewa demi menolong nasib keponakannya itu. Namun pada saat yang sama Karna, panglima Kerajaan Hastina juga sedang bertapa mencari senjata pusaka.
Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada selaku utusan kahyangan memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya, Narada pun menemui Arjuna yang sebenarnya. Arjuna lalu mengejar Karna untuk merebut senjata Konta.
Pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri membawa senjata Konta, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Namun sarung pusaka Konta terbuat dari Kayu Mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka.
Akan tetapi keajaiban terjadi. Kayu Mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Kresna yang ikut serta menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Namun ia juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.
[sunting]Menjadi Jago Dewa
Versi pewayangan Jawa melanjutkan, Tetuka kemudian dipinjam Narada untuk dibawa ke kahyangan yang saat itu sedang diserang musuh bernama Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket. Ia diutus rajanya yang bernama Kalapracona untuk melamar bidadari bernama Batari Supraba. Bayi Tetuka dihadapkan sebagai lawan Sekipu. Anehnya, semakin dihajar bukannya mati, Tetuka justru semakin kuat.
Karena malu, Sekipu mengembalikan Tetuka kepada Narada untuk dibesarkan saat itu juga. Narada kemudian menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melemparkan berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah. Beberapa saat kemudian, Tetuka muncul ke permukaan sebagai seorang laki-laki dewasa. Segala jenis pusaka para dewa telah melebur dan bersatu ke dalam dirinya.
Tetuka kemudian bertarung melawan Sekipu dan berhasil membunuhnya menggunakan gigitan taringnya. Kresna dan para Pandawa saat itu datang menyusul ke kahyangan. Kresna kemudian memotong taring Tetuka dan menyuruhnya berhenti menggunakan sifat-sifat kaum raksasa.
Batara Guru raja kahyangan menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping BasunandaKotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma untuk dipakai Tetuka, yang sejak saat itu diganti namanya menjadi Gatotkaca. Dengan mengenakan pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca mampu terbang secepat kilat menuju Kerajaan Trabelasuket dan membunuh Kalapracona.
[sunting]Perkawinan
Dalam versi Mahabharata, Gatotkaca menikahi Ahilawati sang gadis naga dan mempunyai anak bernama Barbarika. Gatotkaca juga menikah dengan seorang wanita bernama Pregiwa. Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama Sasikirana.
Dalam versi pewayangan Jawa, Gatotkaca menikah dengan sepupunya, yaitu Pregiwa putri Arjuna. Ia berhasil menikahi Pregiwa setelah melalui perjuangan berat, yaitu menyingkirkan saingannya, bernama Laksmana Mandrakumara putra Duryudana dari keluarga Korawa.
Dari perkawinan Gatotkaca dengan Pregiwa lahir seorang putra bernama Sasikirana. Ia menjadi panglima perang Kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Parikesit, putra Abimanyu atau cucu Arjuna.
Versi lain mengisahkan, Gatotkaca memiliki dua orang istri lagi selain Pregiwa, yaitu Suryawati dan Sumpaniwati. Dari keduanya masing-masing lahir Suryakaca dan Jayasumpena.
[sunting]Menjadi Raja Pringgandani
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0b/Gatotkaca_%28wayang%29.JPG/220px-Gatotkaca_%28wayang%29.JPG
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Gatotkaca dalam bentuk asli wayang kulit dengan hiasan/pahatan berwarna.
Gatotkaca versi Jawa adalah manusia setengah raksasa, namun bukan raksasa hutan. Ibunya adalah Arimbi putri Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani. Tremboko tewas di tangan Pandu ayah para Pandawa akibat adu domba yang dilancarkan Sangkuni. Ia kemudian digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Arimba.
Arimba sendiri akhirnya tewas di tangan Bimasena pada saat para Pandawa membangun Kerajaan Amarta. Takhta Pringgadani kemudian dipegang olehArimbi yang telah diperistri Bima. Rencananya takhta kelak akan diserahkan kepada putra mereka setelah dewasa.
Arimbi memiliki lima orang adik bernama Brajadenta, Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana. Brajadenta diangkat sebagai patih dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Glagahtinunu. Sangkuni dari Kerajaan Hastina datang menghasut Brajadenta bahwa takhta Pringgadani seharusnya menjadi miliknya bukan milik Gatotkaca.
Akibat hasutan tersebut, Brajadenta pun memberontak hendak merebut takhta dari tangan Gatotkaca yang baru saja dilantik sebagai raja. Brajamusti yang memihak Gatotkaca bertarung menghadapi kakaknya itu. Kedua raksasa kembar tersebut pun tewas bersama. Roh keduanya kemudian menyusup masing-masing ke dalam telapak tangan Gatotkaca kiri dan kanan, sehingga manambah kesaktian keponakan mereka tersebut.
Setelah peristiwa itu Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, bergelar Patih Prabakiswa.
[sunting]Kematian Versi Mahabharata
Kematian Gatotkaca terdapat dalam buku ketujuh Mahabharata yang berjudul Dronaparwa, pada bagian Ghattotkacabadhaparwa. Ia dikisahkan gugur dalamperang di Kurukshetra atau Baratayuda pada malam hari ke-14. Perang besar tersebut adalah perang saudara antara keluarga Pandawa melawan Korawa, di mana Gatotkaca tentu saja berada di pihak Pandawa.
Versi Mahabharata mengisahkan, Gatotkaca sebagai seorang raksasa memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa kembali ke perkemahan mereka.
Pertempuran pun berlanjut. Semakin malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Prajurit Korawa semakin berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.
Duryodana pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian Dewa Indra yang bernama Vasavi shakti alias Kontauntuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Namun karena terus didesak, Karna terpaksa melemparkan pusakanya menembus dada Gatotkaca.
Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca masih sempat berpikir bagaimana caranya untuk membunuh prajurit Kurawa dalam jumlah besar. Maka Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca.
Dalam barisan Pandawa hanya Kresna yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan relatif aman.
[sunting]Kematian Versi Jawa
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/05/Ghatotkacha_-_Abhimanyu.jpg/300px-Ghatotkacha_-_Abhimanyu.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Sosok Gatotkaca (kiri) dan Abimanyu (sedang memanah) dalam sebuah lukisan tradisional dari Maharashtra, dibuat sekitar abad ke-19.
Perang di Kurukshetra dalam pewayangan Jawa biasa disebut dengan nama Baratayuda. Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan dari naskahKakawin Bharatayuddha yang ditulis tahun 1157 pada zaman Kerajaan Kadiri.
Versi pewayangan mengisahkan, Gatotkaca sangat akrab dengan sepupunya yang bernama Abimanyu putra Arjuna. Suatu hari Abimanyu menikah dengan Utari putri Kerajaan Wirata, di mana ia mengaku masih perjaka. Padahal saat itu Abimanyu telah menikah dengan Sitisundari putri Kresna.
Sitisundari yang dititipkan di istana Gatotkaca mendengar suaminya telah menikah lagi. Paman Gatotkaca yang bernama Kalabendana datang menemui Abimanyu untuk mengajaknya pulang. Kalabendana adalah adik bungsu Arimbi yang berwujud raksasa bulat kerdil tapi berhati polos dan mulia. Hal itu membuat Utari merasa cemburu. Abimanyu terpaksa bersumpah jika benar dirinya telah beristri selain Utari, maka kelak ia akan mati dikeroyok musuh.
Kalabendana kemudian menemui Gatotkaca untuk melaporkan sikap Abimanyu. Namun Gatotkaca justru memarahi Kalabendana yang dianggapnya lancang mencampuri urusan rumah tangga sepupunya itu. Karena terlalu emosi, Gatotkaca sampai memukul kepala Kalabendana. Mekipun perbuatan tersebut dilakukan tanpa sengaja, namun pamannya itu tewas seketika.
Ketika perang Baratayuda meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para Korawa pada hari ke-13. Esoknya pada hari ke-14 Arjuna berhasil membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala Jayadrata.
Duryudana sangat sedih atas kematian Jayadrata, adik iparnya tersebut. Ia memaksa Karna menyerang perkemahan Pandawa malam itu juga. Karna pun terpaksa berangkat meskipun hal itu melanggar peraturan perang.
Mendengar para Korawa melancarkan serangan malam, pihak Pandawa pun mengirim Gatotkaca untuk menghadang. Gatotkaca sengaja dipilih kaarena Kotang Antrakusuma yang ia pakai mampu memancarkan cahaya terang benderang.
Pertempuran malam itu berlangsung mengerikan. Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu Korawa yang bernama Lembusa. Namun ia sendiri kehilangan kedua pamannya, yaitu Brajalamadan dan Brajawikalpa yang tewas bersama musuh-musuh mereka, bernama Lembusura dan Lembusana.
Gatotkaca akhirnya berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia pun menciptakan kembaran dirinya sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna merasa kebingungan. Atas petunjuk ayahnya, yaitu Batara Surya, Karna berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta ke arah Gatotkaca.
Gatotkaca mencoba menghindar dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba muncul menangkap Kontawijaya sambil menyampaikan berita dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca telah ditetapkan malam itu.
Gatotkaca pasrah terhadap keputusan dewata. Namun ia berpesan supaya mayatnya masih bisa digunakan untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju. Ia kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan senjata Konta. Pusaka itu pun musnah bersatu dengan sarungnya, yaitu kayu Mastaba yang masih tersimpan di dalam perut Gatotkaca.
Gatotkaca telah tewas seketika. Arwah Kalabendana kemudian melemparkan mayatnya ke arah Karna. Karna berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur berkeping-keping tertimpa tubuh Gatotkaca yang meluncur kencang dari angkasa. Akibatnya, pecahan kereta tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para prajurit Korawa yang berada di sekitarnya. Tidak terhitung banyaknya berapa jumlah mereka yang mati.

kawasan Kota tua jakarta

Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka).
Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.
Berkas:Stadhuis Batavia, Jakarta.jpg











Sejarah
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/af/Batavia%2C_C._de_Jonghe_%281740%29.jpg/220px-Batavia%2C_C._de_Jonghe_%281740%29.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Peta Batavia tahun 1740. Wilayah Batavia di dalam dinding kota serta paritnya dan Pelabuhan Sunda Kelapa di kiri (utara) peta membentuk Kota Tua Jakarta.
Tahun 1526, Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran, kemudian dinamai Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15 hektar dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.
Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", terdiri dari etnis kreol yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.
Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal [1]. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang.
Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekrit yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Meski dekrit Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan. Banyak warga yang menyambut hangat dekrit ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk melindungi warisan era kolonial Belanda


Akses ke kawasan kota tua Jakarta :
1.   busway : dari shelter mana saja naik busway ke kawasan kota tua, jika dari PGC dan Kampung Melayu transit pertama di Senen untuk naik busway jurusan Pulo Gadung-Harmoni, kemudian transit di Harmoni untuk menuju kota tua.
2.   kereta : bisa menggunakan kereta ekonomi AC jurusan bekasi-kota atau bogor-kota atau kereta api yang memiliki jurusan ke stasiun jakarta kota.
3.   dari kampung rambutan atau pasar rebo bisa menggunakan bis mayasari bakti P 17 A jurusan kampung rambutan-kota.

Kewajiban sebagai WNI

Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Indonesia

04NOV
Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Indonesia
Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan di kemudian hari.
Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang atau tajir bisa memiliki tambahan hak dan pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik Indonesia.
A. Contoh Hak Warga Negara Indonesia
  1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum
  2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
  3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan
  4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai
  5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
  6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari serangan musuh
  7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku
B. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia
  1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
  2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
  3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya
  4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara indonesia
  5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.